EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF ISU GLOBALISASI
Krisis pembangunan pada
dasarnya merupakan bagian dari krisis sejarah dominasi dan eksploitasi manusia
atas manusia lain. Proses sejarah dominasi dibagi kedalam tiga periode formasi
sosial :
1.
Fase
pertama adalah periode kolonialisme yakni fase perkembangan kapitalisme di
Eropa yang mengharuskan ekspsansi secara fisik untuk memastikan perolehan bahan
baku mentah melalui fase kolonialisme. Berakhirnya fase ini adalah pada saat
terjadi Perang Dunia II.
2. Fase
kedua adalah periode era pembangunan atau era developmentalisme, ditandai
dengan masa kemerdekaan negara dunia ketiga secara fisik akan tetapi dominasi
negara bekas jajahan terhadap bekas koloni mereka tetap dipertahankan melalui
kontrol terhadap teori dan proses perbuhan sosial mereka.
3. Fase
ketiga dunia memasuki era baru yaitu era globalisasi, menjelan abad 21 ditandai
dengan liberalisasi disegala bidang yang dipaksakan melalui Structural Adjusment Program oleh
lembaga finansial global dan disepakati oleh rezim General Agreement on Tarif and Trade (GATT) dan perdagangan bebas.
Globalisasi adalah proses
pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan keyakinan
pada perdagangan bebas yang sesungguhnya telah dicanangkan sejak zaman
kolonialisme.
Istilah globalisasi
sesungguhnya secara sederhana dipahami sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi
nasional bangsa-bangsa kedalam suatu sistem ekonomi global akan tetapi
globalisasi dicurigai sebagai bungkus baru dari imperialisme dan kolonialisme.
Area-area resistensi dan tantangan terhadap
globalisasi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Tantangan
gerakan kultural dan agama terhadap globalisasi.
Di Mesir
kekecewaan terhadap pembangunan juga melanda kalangan warga muslim miskin
perkotaan tersebut melahirkan gerakan berbasis keagamaan (Fundamentalis Islam); di India resistensi kultural terhadap
pembangunan dan globalisasi telah membangkitkan kelompok Hindu Renvivalis (Rashtriya Syayamsewak Sangh).
2.
Tantangan
dari New Social Movement dan Global Civil Society terhadap
globalisasi.
New Social Movement adalah gerakan sosial untuk menentang
pembangunan dan globalisasi seperti; gerakan hijau, feminisme, gerakan
masyarakat akar rumput. Pada dasarnya merupakan respons gerakan sosial untuk
resistensi terhadap globalisasi bersifat lokal dan nasional melalui kemudahan
teknologi komunikasi internet telah berkembang menjadi gerakan sosial global
resistensi terhadap globalisasi.
3.
Tantangan
gerakan lingkungan terhadap globalisasi.
Gerakan
ini dipengaruhi oleh pikiran Rachel Carson dalam Silent Spring yang membongkar tentang kerusakan ekosistem dunia
yang diakibatkan praktik ekonomi modern.
II. EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
DALAM PERSPEKTIF TEORI DEPENDENSIA
A. Pemikiran
Paul Baran
Dalam interaksi ekonomi internasional
terjadi suatu transaksi dimana faktor modal dari negeri yang memiliki
produktivitas terbatas (marginal
productivity) dan rendah bergerak ke negera yang memiliki produktivitas
rendah, diharapkan terjadinya suatu keseimbangan antara pergerakan faktor modal
antara negera maju ke negera miskin ternyata hanya bertujuan menyedot
keuntungan dari negara miskin (akibat adanya investasi faktor modal dari negara
maju).
Kepincangan
sosial sebagai akibat dari proses eksploitasi ini, menimbulkan reaksi-reaksi
dari sebagian besar golongan terpelajar dan golongan pengusaha nasional.
Adanya
kemungkinan-kemungkinan usaha pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi yang bersifat
merakyat (populis) yakni suatu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang secara dragtis
dapat merubah struktur permintaan efektif yang ada dalam masyarakat dan
reallokasi sumber-sumber produktif untuk memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi
rakyat dengan sendirinya tidak akan terjadi (karena disabot oleh pemodal asing,
pengusaha domestik dan elit berkuasa).
Maka
Pual Baran menyarankan perlu adanya penentuan dan pentingnya perubahan struktur
sosial dan politik yang menopang setiap pemerintahan. Perubahan ini diatur sehingga
kepentingan nasional dan kepentingan rakyat banyak secara otomatis terkontrol,
dilindungi dan dipertahankan.
B. Pemikiran
Andre Gunder Frank
Gunder
Frank memulai pandangannya dengan mengemukakan secara umum mekanisme terjadinya
proses usaha menterbelakangkan negara-negara miskin. Dalam kontak hubungan
ekonomi antara negara-negara maju (metropolis) dengan negara-negara miskin
(satelit). Hubungan ekonomi diantara negara-negara metropolis maju dengan
negara-negara satelit yang terbelakang merupakan aspek utama dalam perkembangan
sistem kapitalis internasional. Hubungan metropolis dan satelit ini menyentuh
seluruh sektor dalam negara-negara miskin dan malahan keterbelakangan sektor
tradisional diakibatkan oleh adanya kontak dengan sistem kapitalis dunia (fronting agent).
4 (empat) hipotesa yang dikaitkan dengan
akibat-akibat hubungan timbal balik yang bersifat ketergantungan dan
eksploitatif menurut Gunder Frank yaitu :
Hipotesa I : Dalam struktur hubungan metropolis dan satelit, pihak metropolis
akan berkembang pesat sedangkan pihak satelit akan menuju kepada
keterbelakangan yang terus menerus.
Hipotesa II : Bahwa negara-negara miskin (satelit) dapat mengalami perkembangan
ekonomi dan menumbuhkan perkembangan industri otonom, jika tidak ada kaitannya
atau hubungannya lemah dengan metropolis dari dunia kapitalis internasional.
Hipotesa III : Bahwa kawasan-kawasan ekspor bahan
mentah primer yang sekarang sangat terbelakang dan berada pada situasi sistem
feodal adalah kawasan yang pada masa lampau mempunyai kaitan yang kuat dengan
metropolis dari sistem kapitalis internasional.
Hipotesa IV : Bahwa pertumbuhan latifundia dan hacienda (kawasan perkebunan) Amerika Latin maju bukan atas dasar
penerapan sistem kapitalis asing, akan tetapi kokoh berdasarkan dinamikanya
dalam memberikan respon terhadap kesempatan-kesempatan yang timbul.
C. Pemikiran Theotoneo Dos Santos
Menurut Dos Santos titik berat proses
ketergantungan tidaklah semestinya merupakan faktor luar melainkan harus juga
dikaitkan dengan faktor dalam yang ada di dalam negara-negara miskin.
Ketergantungan dan efek-efek yang diakibatkannya dalam tata hubungan ekonomi di
dalam negeri tidaklah dapat dinetralisasi hanya dengan melakukan pendekatan
isolasi (memutuskan hubungan), tetapi harus dapat merubah struktur intern
terlebih dahulu dalam setiap usaha untuk memutuskan kaitan ekonomis dengan
pihak metropolis luar.
Dos Santos membagi masalah ketergantungan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1.
Ketergantungan
kepada kolonial (Colonial Dependence).
2.
Ketergantungan
kepada industri dan keuangan (Industrial
Financial Dependence).
3.
Ketergantungan
kepada teknologi industri (Technological
Industrial Dependence).
Dalam situasi ketergantungan
kolonial dan ketergantungan kepada industri dan keuangan, ekonomi dalam negeri
jajahan tidak mampu untuk menimbulkan suatu pasaran atau landasan permintaan
efektif yang kokoh untuk menopang perkembangan industri di dalam negeri.
Ketidakberdayaan ini disebabkan oleh dua faktor utama yakni :
1.
Sebahagian
besar pendapatan nasional yang diperoleh melalui ekspor digunakan untuk membeli
input dari luar negeri, sehingga yang tinggal untuk reinvestasi relatif sangat
kecil.
2.
Kaum
pekerja dalam proses super eksploitasi sehingga konsumen mereka relatif
terbatas dan tidak dapat menimbulkan permintaan efektif yang berarti.
Sedangkan
dalam situasi ketergantungan kepada teknologi industri, kemungkinan penimbulan
investasi-investasi baru di negara-negara terbelakang seluruhnya ditentukan
oleh tersedianya devisa untuk membiayai mesin-mesin dan bahan mentah yang tidak
diproses didalam negeri.
D. Pemikiran
Samir Amin
Ketergantungan dan keterbelakangan dari
negara-negara miskin adalah konsep pertukaran yang tidak adil (unequal exchange), menunjukan bagaimana
terjadinya pengalihan surplus dari negara-negara miskin (periphery atau negara pinggiran) ke
negara-negara maju (center
atau negara sentral) sebagai akibat proses perdagangan internasional diantara
kedua kelompok negara tersebut.
Konsep pertukaran yang tidak adil tersebut
oleh Samir Amin dijelaskan sebagai berikut :
1.
Bahwa
akibat adanya rintangan dalam proses pertukaran yang tidak adil diantara
periphery dengan center, maka proses transisi dan situasi ekonomi prakapitalis
ke situasi ekonomi kapitalis berbeda proses transisinya dari yang pernah
dialami center dulu.
2.
Bahwa
akibat masuknya modal asing yang mendirikan industri baru, kerajinan rakyat dan
industri kecil menjadi gulung tikar dan hancur.
3.
Walaupun
ada pengembangan industri pengganti import dan timbulnya spesialisasi baru di
negara terbelakang sebagai akibat operasinya perusahaan asing, namun pada
hakekatnya baik sebagai produsen dan pengekspor bahan mentah maupun sebagai
pengekspor barang industri negara terbelakang tetap dalam keadaan
ketergantungan.
4.
Distorsi
keadaan diatas, menimbulkan peningkatan jumlah bukanlah hasil evolusi dari
struktur permintaan efektif maupun dari kenaikan produktivitas. Padahal sektor
jasa/administratif bukan kegiatan produktif yang utama.
5.
Proses
spesialisasi internasional yang tidak adil, juga menimbulkan distorsi di
negara-negara terbelakng dalam bentuk penggunaan teknik-teknik produksi modern
yang padat modal untuk kegiatan-kegiatan yang ringan.
6.
Dalam
konteks hubungan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang maka
kebocoran (leakage) yang berbentuk
impor dan hoarding (simpanan yang tidak produktif) bukanlah merupakan
faktor-faktor yang menentukan kecilnya pengganda (multiplier) di negara terbelakang, tetapi disebabkan rendahnya
potensi permintaan efektif dalam masyarakat sebagai akibat rendahnya
pendapatan, terutama rendahnya tingkat upah sehingga tidak menarik para
investor untuk melakukan investasi besar-besaran.
7.
Manifestasi
dari keterbelakangan negara-negara terbelakang tidaklah diukur dari rendahnya
produksi perkepala, melainkan dicerminkan oleh adanya ciri-ciri struktural di
negara-negara ini.
8.
Bahwa
perkembangan sistem kapitalis di negara-negara terbelakang yang disebut
kapitalisme pinggiran (peripheral capitalism) berbeda dengan perkembangan
sistem kapitalis di negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena perkembangan
sistem kapitalis di negara-negara terbelakang ditentukan oleh sistem
prakapitalis yang ada sebelum sistem kapitalis masuk dalam jaringan sistem
kapitalis dunia.
III. EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF TEORI KAPITALIS
Adam Smith mengemukakan teori division of labour yang terkenal dengan
spesialisasi buruh dalam industri. Adam Smith merupakan orang pertama yang
mengembangkan prinsip Akumulasi Kapital
dalam prinsip ekonomi. Teori Adam Smith tentang Labour Theory of Value yang menjadi dasar teori kapitalisme.
Teori Smith menyebutkan bahwa
peningkatan produksi dapat dicapai melalui pembagian kerja dan menolak semua
peraturan pemerintah yang ikut campur menghalangi perkembangan dan perluasan
industri.
Ide sentral the wealth of nation adalah adanya pasar
bebas yang bergerak menurut mekanisme pasar yang dianggap secara otomatis dapat
memprodusir macam dan jumlah barang yang paling disenangi dan diperlukannya
masyarakat konsumen. Jika persediaan barang yang diperlukan masyarakat turun
atau menjadi langka, maka harga akan naik dan mendatangkan untung besar bagi
siapa saja yang memproduksinya, sehingga mendorong munculnya pabrik-pabrik
industri baru.
Dan kenaikan produksi akan
mempengaruhi kenaikan jumlah (Supply)
barang, akan menciptakan kompetisi antar berbagai perusahaan dan kemudian akan
menurunkan harga komoditi pada tingkat harga dan ongkos produksi yang normal.
IV. EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
DALAM PERSPEKTIF TEORI SOSIALIS
Tokoh-tokoh teori sosialisme
antara lain : Vladimir Ilyich Ulyanov, Nikolai Lenin dan Stalin. Menurut Lenin
kelas buruh harus belajar politik dalam semua bentuk. “Cita-cita kaum sosialis
seharusnya tidak menjadi sekretaris serikat buruh, tetapi menjadi corong rakyat
yang mampu bereaksi terhadap setiap tirani dan penekanan, tidak peduli dimana
munculnya, tidak peduli golongan apa yang bersangkutan; yang mampu
menggenalisir semua perwujudan ke dalam sebuah gambaran dari kekejaman polisi
dan eksploitasi kapitalis; yang mampu mengambil keuntungan dari setiap kejadian
betapapun kecilnya, untuk menyatakan di depan umum pendirian sosialis dan
tuntutan demokratisnya, demi menjelaskan kepada semua orang tentang pentingnya
perjuangan sejarah dunia untuk emansipasi kaum proletar. (Lenin dan Partai
Bolsyevik).
Pengertian
sosialisme adalah Sitem kemasyarakatan yang melalui aksi revolusioner dari klas
buruh dan sekutu-sekutunya menggantikan kapitalisme. Sosialisme adalah tingkat
pertama dari masyarakat komunis, kekuasaan negara berada ditangan kaum buruh.
Sosialisme adalah suatu masyarakat yang tidak berkelas (tidak ada kelas-kelas
terhisap).
Jadi pada dasarnya, Teori Sosialis mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Di
dalam masyarakatnya tidak mengenal adanya kelas-kelas borjuis (tuan tanah) dan
para pekerja.
2.
Dalam
masyarakat dikenal adanya kelas buruh dan tani.
3.
Berbeda
dengan kaum komunis, bahwa hasil pekerjaan diperoleh sesuai dengan kebutuhan,
bagi sosialis, hasil pekerjaan diperoleh berdasarkan banyaknya kerja yang
dilakukan.
4.
Kekuasaan
negara berada di tangan kaum buruh.
5.
Menitikberatkan
pada sektor industri.
Kelebihan Teori Sosialis :
a.
Tidak
mengenal adanya kelas borjuis (tuan tanah) dan pekerja, yang digambarkan Lenin
sebagai kelas penghisap dan kelas terhisap.
b.
Kaum
pekerja/buruh dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya.
c.
Produksi
barang meningkat karena pembangunan dititikberatkan pada sektor industri.
d.
Hasil
pekerjaan dilakukan berdasarkan banyaknya pekerjaan yang dihasilkan.
e.
Karena
tidak ada campur tangan negara lain, maka intervensi negara lain tidak terjadi.
Kelemahan Teori Sosialis :
a.
Pengambilalihan
kekuasaan harus dilakukan melalui revolusi.
b.
Cenderung
bersifat diktator, karena pengambilalihan kekuasaan dilakukan dengan revolusi.
c.
Menekankan
pembangunan ekonomi pada sektor industri, sektor-sektor lain terutama sektor
pertanian hanya sebagai pemenuhan kebutuhan sektor industri.
d.
Cenderung
bersifat tertutup terhadap negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar